Karena kalian dan untuk kalian, teman-teman mahasiswa FIB, kami ada!

Sabtu, 22 Oktober 2011

Tokoh: Pramoedya Ananta Toer


“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

Lahir dengan nama asli Pramoedya Ananta Mastoer di Blo pada 6 Februari 1925. Ia merupakan salah satu pengarang yang produktif di Sejarah Sastra Indonesia, tercatat ia telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan sudah diterjemahkan lebih dari 41 bahasa.
Pram merupakan anak pertama dengan ayah seorang guru dan ibu berjualan nasi. Ketika kecil beliau akrab dipanggil dengan nama Pram. Pram masuk sekolah kejuruan radio di Surabaya dan selanjutnya bekerja menjadi juru ketik surat kabar Jepang di Jakarta ketika zaman pendudukan Jepang di Indonesia.
Selama zaman perang kemerdekaan, ia ikut masuk kelompok militer di Jawa dan sering ditempatkan di Jakarta. Selama berkarir di bidang militer, Pram rajin menulis cerita pendek dan buku, terutama ketika dipenjara Belanda di Jakarta, tahun 1948-1949.
Pada tahun 1950-an, Pram tinggal di Belanda dalam rangka program pertukaran pelajar. Sekembalinya ke Indonesia, Pram menjadi anggota Lekra, salah satu organisasi sayap kiri di Indonesia. Ketika itu, gaya penulisannya mulai berubah.
Selama kurun waktu tadi, Pram mulai mempelajari penyiksaan terhadap Tionghoa Indonesia dan setelah itu ia juga mulai berteman dengan para penulis di Tiongkok.
Pada tahun 1960-an Pram ditahan oleh rezim Soeharto kareana pandangan pro-komunis Tiongkok-nya. Bukunya dilarang dan ia ditahan tanpa proses pengadilan di Pulau Nusakambangan, hingga akhirnya dibuang ke pulau Buru. Selama masa tahanan, ia tetap berkarya.
Pram meninggal di Jakarta pada 30 April 2006. Semasa hidupnya ia memperoleh banyak penghargaan. Hingga kini pun namanya masih terus bergema bersama karya-karyanya. (FNR)

Referensi: jv.wikipedia.org

“Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.”

Penghargaan yang diterima

 Freedom to Write Award,1988
* Wertheim Award, 1995
* Ramon Magsaysay Award, 1995
* UNESCO Madanjeet Singh Prize, 1996
* Doctor of Humane Letters, 1999
* Chancellor's distinguished Honor Award, 1999
* Chevalier de l'Ordre des Arts et des Letters, 1999
* New York Foundation for the Arts Award, 2000
* Fukuoka Cultural Grand Prize , 2000
* The Norwegian Authors Union , 2004
* Centenario Pablo Neruda, 2004


  

0 komentar:

Posting Komentar